Thursday, 11 December 2014

KABUKI(歌舞伎)

Era modern saat ini Jepang yang merupakan salah satu Negara paling maju di dunia, tidak semata-semata melupakan nilai-nilai ataupun unsur-unsur nilai Tradisionalnya. Terdapat berbagai jenis kebudayaan tradisional yang masih di pegang teguh oleh masyarakat bahkan masih di lestarikan oleh pemerintahnya.
Salah satunya kebudayaan seni peran khas Jepang, yaitu KABUKI.
KABUKI adalah sebuah bentuk seni teater klasik yang mengalami evolusi pada awal abad ke-17. Ciri khasnya berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh para aktor, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung.
kabuki
Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. 
Kebanyakan lakon mengambil tema masa abad pertengahan atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria. Selanjutnya disempurnakan menjadi, kabuki (歌舞伎) yang ditulis dengan tiga karakter kanji, yaitu uta (うた) (lagu), mai (まい) (tarian), dan ki () (tehnik). 


Sejarah kabuki dimulai tahun 1603 dengan pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita bernama Okuni di kuil Kitano Temmangu, Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal kuil Izumo Taisha, tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai). Identitas Okuni yang benar tidak dapat diketahui secara pasti.
Patung IZUMI NO OKUNI
Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh ("kabukimono"), sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avant garde). Panggung yang dipakai waktu itu adalah panggung Noh.
Hanamichi (honhanamichi yang ada di sisi kiri penonton dan karihanamichi yang ada di sisi kanan penonton) di gedung teater Kabuki-za kemungkinan merupakan perkembangan dari Hashigakari (jalan keluar-masuk aktor Noh yang ada di panggung sisi kiri penonton).

Dengan perkembangan zaman cerita Kabuki biasanya dipentaskan dengan 2 tema besar. Cerita kabuki yang berasal dari didramatisasi kisah sejarah disebut Jidaimono. Cerita kabuki dengan kisah berlatar belakang kehidupan masyarakat disebut Sewamono.
Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut Gidayūbushi. Takemoto (Chobo) adalah sebutan untuk Gidayūbushi khusus untuk kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebut Debayashi. 

Musik Kabuki sendiri terbagi dalam dua jenis, yaitu Shosha Ongaku yaitu musik samisen yang mengiringi tayu (dalang) dan Geza Ongaku yaitu musik yang melengkapi pertunjukan kabuki dari belakang panggung.

Selain itu yang menarik dalam kabuki adalah bentuk panggungnya. Keunikan panggung kabuki yang tidak akan dijumpai di negara lain. Bentuk panggung terdiri dari :
·        1.  Hanamichi :
Lorong diantara tempat duduk penonton yang terletak disebelah kiri dan kanan panggung.
·        2.  Suppon :
Lubang segi empat yang terdapat pada Hanamichi yang dapat ditarik ke atas dan ke bawah.
·        3.  Mawani Butai :
Bulatan besar yang terletak ditengah-tengah panggung dan dapat berputar fungsinya untuk pergantian dari siang dan malam.
·        4.  Yuka :
Tempat duduk tayu (dalang), pemetik simasen.
·        5.  Geza :
Tempat para pemain musik untuk memainkan alat-alat musik.
·        6.  Hikimaku :
Layar panggung yang terdiri dari tiga warna yaitu hijau tua, orange, dan hitam.

Kabuki
 Judul pertunjukan kabuki disebut Gedai yang kemungkinan besar berasal dari kata Geidai. Judul pertunjukan (gedai) biasanya ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil, misalnya pertunjukan berjudul Musume dōjōji (4 aksara kanji) harus ditambah dengan Kyōkanoko (3 aksara kanji) menjadi 京鹿子娘道成寺 (Kyōkanoko musume dōjōji), supaya bisa menjadi judul yang terdiri dari 7 aksara kanji. Selain judul pertunjukan yang resmi, pertunjukan kabuki sering memiliki judul alias dan keduanya dianggap sebagai judul yang resmi. Pertunjukan berjudul resmi Miyakodori nagare no siranami (都鳥廓白波) dikenal dengan judul lain Shinobu no Sōda (忍ぶの惣太). Pertunjukan berjudul Hachiman matsuri yomiya no nigiwai (八幡祭小望月賑) juga dikenal sebagai Chijimiya Shinsuke (縮屋新助). Judul pertunjukan yang harus ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil menyebabkan judul sering ditulis dengan cara penulisan ateji, akibatnya orang sering mendapat kesulitan membaca judul pertunjukan kabuki.
 
Gedung Kanamaruza @ Kotohira
Gedung Pementasan Kabuki yang terletak di Jepang :
 Tokyo
-Kabukiza Theatre
-National Theatre

Kyoto
-Minamiya Theatre

Osaka
- Shochikuza Theatre

Fukuoka
-Hakataza Theatre

Kotohira
-Kanamaruza Theatre

Uchiko 
-Uchikoza Theatre 

Sekian informasi yang bisa saya share.. semoga bermanfaat kaka...
Terima kasih.....

by: indRi

No comments:

Post a Comment